Berita yang cukup sering menghiasi surat kabar ataupun portal berita akhir-akhir ini adalah kenaikan harga emas. Berita terakhir menyebutkan bahwa harga spot emas sudah mencapai $1,283 per ounce. Ounce sendiri berasal dari bahasa latin uncia, yang berarti seperduabelas. Bukan seperduabelas kg melainkan seperduabelas dari troy pound. 1 troy ounce sama dengan 31.1034768 gram. Jadi, harga satu gram emas kira-kira 374 ribu rupiah. Harga emas sendiri sudah naik sebesar 180% dalam lima tahun terakhir seiring dengan meletusnya krisis global 2008.
Biasanya memang harga emas akan naik saat ada ketidakpastian ekonomi. Emas adalah emas yang tidak akan terdepresiasi nilainya dan seharusnya secara riil harganya tidak naik. Dengan kata lain, emas adalah instrumen yang tahan inflasi. Cukup wajar orang memburu emas saat krisis ekonomi menghadang. Yang mengkhawatirkan adalah apabila ada spekulan yang menunggangi aksi mereka. Aksi spekulan dapat mengakibatkan efek bola salju yang bahkan jauh lebih besar daripada orang-orang biasa yang ketakutan tersebut.
Seperti dikabarkan di portal berita detik, Hedge Fund milik George Soros dan John Paulson juga ikut memburu emas. Berita baru, cerita lama. Satu fenomena yang dimagnifikasi akan menghasilkan efek yang tak terbayangkan. Saya jadi teringat pada cerita Bank of England tahun 1994 ataupun krisis moneter Asia 1997. Gaya yang sama dengan instrumen yang berbeda. Lucunya, Soros menyatakan bahwa harga emas tidak akan bertahan lama di ketinggian dan akan segera merosot. What??? That’s the real speculator master
Mengenai emas sendiri, saya sebenarnya heran karena emas tidak memiliki intrinsic value. Apa yang bisa kita manfaatkan dari emas selain memandangi warnanya yang berkilauan itu? Dalam hal ini, emas sama seperti uang kertas yang tidak memiliki intrinsic value. Lalu mengapa emas dihargai sangat tinggi?
Memang benar emas memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan logam lain seperti tidak mudah berkarat. Namun bagi saya hal tersebut belum dapat menjustifikasi bahwa emas secara intrinsik berharga. Jadi, memang benar kenaikan harga emas merupakan refleksi dari ketakutan orang yang mencari instrumen tahan inflasi di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi. Yang perlu kita renungkan adalah bahwa emas itu tahan inflasi karena semua orang bersepakat bahwa emas itu tahan inflasi dan bukan karena emas memang berharga.
http://parahita.wordpress.com/2010/09/28/kenaikan-harga-emas-refleksi-ketakutan-orang/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar